Arsitek.galihgumelar.org - Tak dipungkiri lagi saat ini di masyarakat kita, banyak “orang pintar” atau paranormal yang mengaku sebagai ahli fengsui. Mereka mungkin ada yang menguasai pengetahuan dasar fengsui dengan baik, tetapi sangat jarang yang paham dengan benar teori fengsui secara konseptual. dan itu merupakan faktanya.
Selain itu, sebagian dari mereka “mendalami” fengsui berdasarkan hafalan dan kebiasaan dari aturan tradisi yang diwarisinya, bukan melalui penelitian seperti yang tertulis dalam literatur dan buku-buku fengsui kuno.
Hal ini mungkin disebabkan karena ilmu fengsui yang masuk ke Indonesia kebanyakan dibawa oleh rohaniawan dan peramal nasib. Mereka sangat identik dengan kehidupan klenteng/agama Tao dan vihara/agama Buddha.
Di tangan mereka, fengsui sering berubah menjadi konsep mencari nasib baik, namun bukan sebagai ilmu arsitektur bangunan yang bisa memberi kenyamanan lahir batin bagi penghuninya. Ini disebabkan sebagian besar praktisinya tidak mengenal ilmu arsitektur.
Kondisi seperti ini makin terpelihara, karena sebagian besar masyarakat Tionghoa zaman dulu memiliki visi yang sederhana, yaitu giat bekerja untuk meraih nasib mujur/hoki. Mereka lebih suka membicarakan fakta yang ada daripada pusing memikirkan teori yang tidak jelas. Mereka lebih suka menjadi pendengar daripada membaca buku. Dari kebiasaan ini, tanpa sadar telah mengubur konsep yang nyata menjadi kepercayaan yang bernuasa tradisi—dan fengsui adalah salah satunya.
Dari data tertulis dan peninggalan bangunan yang masih bisa dilihat dan dipelajari, ternyata peran fengsui sangat dominan dalam sejarah arsitektur China sampai saat ini.
Literatur fengsui yang tersimpan dengan baik, kebanyakan berasal dari dinasti Song (960 M – 1279 M) dan Ming (1368 M – 1644 M), dan dengan jelas memberi pelajaran tentang:
Melihat hal di atas makan fengsui dapat dikatagorikan sebuah teknik, cara atau metoda yang dituangkan dalam beberapa konsep sehingga dapat dikatan sebuah teknik arsitektur.
Dengan demikian maka keadaan akan sangat berbeda, saat konsumen mempertemukan arsitek dengan ahli fengsui yang menguasai teknik arsitektur atau memiliki dasar ilmu arsitektur. Arsitek akan merasa beruntung, karena karakter desainnya tidak dirusak oleh praktisi fengsui. Tentu ada ada bagian-bagian bangunan yang tidak baik menurut fengsui, tetapi semua bisa diselesaikan dengan solusi yang lebih indah dan baik, sehingga bangunan yang dirancang jadi lebih nyaman untuk ditempati.
Semoga bermanfaat.
Sumber : berbagai Sumber
Selain itu, sebagian dari mereka “mendalami” fengsui berdasarkan hafalan dan kebiasaan dari aturan tradisi yang diwarisinya, bukan melalui penelitian seperti yang tertulis dalam literatur dan buku-buku fengsui kuno.
Hal ini mungkin disebabkan karena ilmu fengsui yang masuk ke Indonesia kebanyakan dibawa oleh rohaniawan dan peramal nasib. Mereka sangat identik dengan kehidupan klenteng/agama Tao dan vihara/agama Buddha.
Di tangan mereka, fengsui sering berubah menjadi konsep mencari nasib baik, namun bukan sebagai ilmu arsitektur bangunan yang bisa memberi kenyamanan lahir batin bagi penghuninya. Ini disebabkan sebagian besar praktisinya tidak mengenal ilmu arsitektur.
Kondisi seperti ini makin terpelihara, karena sebagian besar masyarakat Tionghoa zaman dulu memiliki visi yang sederhana, yaitu giat bekerja untuk meraih nasib mujur/hoki. Mereka lebih suka membicarakan fakta yang ada daripada pusing memikirkan teori yang tidak jelas. Mereka lebih suka menjadi pendengar daripada membaca buku. Dari kebiasaan ini, tanpa sadar telah mengubur konsep yang nyata menjadi kepercayaan yang bernuasa tradisi—dan fengsui adalah salah satunya.
Dari data tertulis dan peninggalan bangunan yang masih bisa dilihat dan dipelajari, ternyata peran fengsui sangat dominan dalam sejarah arsitektur China sampai saat ini.
Literatur fengsui yang tersimpan dengan baik, kebanyakan berasal dari dinasti Song (960 M – 1279 M) dan Ming (1368 M – 1644 M), dan dengan jelas memberi pelajaran tentang:
- Pemilihan lokasi dengan studi kedudukan gunung dan posisi sungai (faktor ekosistem).
- Penelitian lingkungan dengan studi topografis dan sifat lahan (faktor ekologi).
- Posisi bangunan untuk menentukan arah bangunan yang baik (harmonisasi).
- Perencanaan bangunan meliputi bentuk (tampak depan, belakang, kanan dan kiri), tata ruang, ventilasi cahaya angin, sanitasi (faktor arsitektural).
- Perencanaan eksterior (taman, kolam, saluran air bersih dan kotor).
- Penempatan interior (ranjang, kompor dan lainnya).
Melihat hal di atas makan fengsui dapat dikatagorikan sebuah teknik, cara atau metoda yang dituangkan dalam beberapa konsep sehingga dapat dikatan sebuah teknik arsitektur.
Dengan demikian maka keadaan akan sangat berbeda, saat konsumen mempertemukan arsitek dengan ahli fengsui yang menguasai teknik arsitektur atau memiliki dasar ilmu arsitektur. Arsitek akan merasa beruntung, karena karakter desainnya tidak dirusak oleh praktisi fengsui. Tentu ada ada bagian-bagian bangunan yang tidak baik menurut fengsui, tetapi semua bisa diselesaikan dengan solusi yang lebih indah dan baik, sehingga bangunan yang dirancang jadi lebih nyaman untuk ditempati.
Semoga bermanfaat.
Sumber : berbagai Sumber
ConversionConversion EmoticonEmoticon